Seminar Pengembangan TV on Demand

BTKP DIY- Dalam rangka pengembangan TV on Demand, BTKP mengadakan seminar yang diikuti oleh 25 tim pengembang yang merupakan guru-guru pilihan dari seluruh DIY. Seminar ini bertujuan untuk membahas pemahaman konsep TV on Demand, mempelajari teknik menjadi presenter video pembelajaran, serta pembahasan bagaimana dunia pertelevisian saat ini.

Menurut Kepala BTKP DIY, Singgih Raharja, SH., M.Ed., kegiatan ini cukup strategis, karena bisa lebih mewarnai media pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat. "Yang saya maksud disini tidak hanya masyarakat sekolah saja, tetapi juga masyarakat umum. Seperti contoh yang paling sepele, ada seorang ibu-ibu muda yang tidak bisa menjahit kancing. Bisa dibuat video tentang bagaimana menjahit kancing dengan sedetail-detailnya", ungkapnya.

Lebih lanjut, Singgih menyatakan bahwa ini adalah embrio untuk TV on Demand. Singgih mencontohkan, nantinya TV on Demand diharapkan bisa seperti Education Broadcasting System (EBS) yang dimiliki oleh Korea Broadcasting System (KBS). EBS ini, meskipun dimiliki oleh perusahaan pemerintah, yakni KBS, tetapi tetap diminati oleh sebagian besar kalangan pendidikan di Korea, karena mereka menyusun materi yang ada di EBS, tanpa atribut pemerintah.
 
"Pada saat menyusun materi di TV on Demand, saya harap menyusunnya tanpa atribut pemerintah. Karena stigma orang, kalau pemerintah itu pasti lelet, kaku. Marilah kita meniru swasta dalam hal layanan kepada masyrakat. Karena swasta itu memiliki komitmen layanan prima. Bagi mereka, layanan itu nomor satu. Saya harapkan pakem-pakem agak dikesampingkan, dan berupaya agar video-video bisa lebih menarik", ujarnya.

Menurutnya, kebermenarikannya itu adalah, apabila audiencenya siswa SD, pakaiannya harus didekatkan dengan pakaian anak-anak, warnanya pun harus lebih colourful, supaya lebih dekat. Bahasanya pun didekatkan dengan bahasa anak. Itu semua agar lebih mudah diterima oleh anak. Agar apa yang nanti disampaikan ke anak lebih mengena.

"Materi, peran, gaya, bahasa harus disesuaikan dengan audience supaya apa yang kita buat bisa diterima dan dimanfaatkan oleh mereka", pungkas Singgih. (m.tok)