Memperkenalkan Balai Tekkomdik, Pusat Pembelajaran Digital di DIY

Balai Tekkomdik DIY - Pengenalan nama Balai Tekkomdik sebagai brand new name dari Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan (BTKP) DIY, dilakukan oleh Kepala Balai Tekkomdik DIY, Singgih Raharja, SH., M.Ed. saat menjadi narasumber dalam acara Talkshow Teras Jogja. Acara yang disiarkan secara langsung dari Studio Jogja TV, Senin (11/3) ini, juga dihadiri oleh narasumber Priyanto, M.Kom. (akademisi) serta Arif Rahmanto, S.Pd. (Guru SD Muhammadiyah Sapen) dengan dipandu oleh pembawa acara Indah Ardina.

Ditanya mengenai alasan pergantian nama ini, Singgih menyatakan bahwa tidak ada nama yang diganti. Hanya saja penyebutan dari Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan, dirubah menjadi Balai Tekkomdik, tidak lagi menggunakan singkatan/brand lama, yakni BTKP.

"Menggunakan brand baru ini, karena selama ini masyarakat sering keliru antara penyebutan BTKP dengan BLPT, bahkan BPKP. Padahal BPKP sudah bukan lagi UPT dari Dinas Dikpora DIY. Maka dengan brand baru Balai Tekkomdik ini, diharapkan masyarakat tidak akan salah lagi dalam mengenali dan mengidentifikasi Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY. Artinya, brand new name ini diharapkan bisa lebih mengena di hati masyarakat", jelasnya.

Selanjutnya Singgih menjelaskan bahwa Balai Tekkomdik mempunyai tugas untuk memproduksi bahan materi pembelajaran digital. Sejauh ini, Balai Tekkomdik sudah memproduksi materi pelajaran dalam bentuk konten web, yang terangkum dalam jogjabelajar. Selain itu, guna memenuhi segmentasi pasar, Balai Tekkomdik juga melayani masyarakat yang tidak mempunyai koneksi internet, dengan memberikan layanan secara offline dalam bentuk cd pembelajaran.

"Kami mempunyai layanan radio streaming, radio on demand dan video on demand. Dengan ketiga layanan yang kami miliki itu, masyarakat bisa mendengarkan siaran radio pendidikan secara online, mendownload materi audio pembelajaran, serta mendownload materi video pembelajaran, yang semuanya itu kami sediakan secara free, gratis", ungkapnya.

"Kami juga sudah menyebarkan konten pembelajaran melalui Virtual Private Network (VPN) dalam program ICT EQEP yang diperuntukkan bagi 500 sekolah. Sistem VPN ini mengutamakan konektivitas secara intranet, sehingga koneksi data yang terjadi dalam jaringan ini berlangsung dengan sangat cepat dan aman", lanjutnya.

Saat ditanya mengenai kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai Tekkomdik DIY dengan pihak lain, Singgih menyatakan bahwa Balai Tekkomdik DIY selalu siap untuk menyambut hangat berbagai pihak yang ingin bekerjasama untuk memajukan pendidikan di DIY lewat akselerasi TIK. "Salah satu bukti kesiapan kita dalam bekerja sama dengan pihak lain adalah, diantaranya hingga saat ini kita sudah bekerja sama dengan MMTC, UNY, Microsoft, Intel Indonesia, dan belum lama ini kami kedatangan tamu dari Apple Singapore, untuk bekerjasama dalam pengembangan media pembelajaran digital yang lebih interaktif dan powerful. Kami juga sudah bekerjasama dengan para guru dengan membentuk tim pengembang TIK, yang terdiri dari para guru yang memiliki kemampuan dan hasrat tinggi dalam mengembangkan TIK untuk pendidikan", terangnya.

Sementara itu, Priyanto, M.Kom. yang merupakan akademisi dari UNY, memberikan beberapa masukan agar media pembelajaran yang diproduksi oleh Balai Tekkomdik DIY bisa dinikmati oleh seluruh civitas akademik di Yogyakarta secara merata. Masukan yang diberikan diantaranya adalah dengan melibatkan Kepala Sekolah maupun pejabat yang berpengaruh di sekolah, untuk memberikan contoh dan mengajak secara terus menerus para guru di lembaganya untuk mau dan mampu memanfaatkan sumber belajar yang telah disediakan oleh Balai Tekkomdik DIY.

"Guru yang sudah menerima pelatihan, juga harus didorong untuk rajin mendesiminasikan kemampuan yang dimiliki kepada Guru-guru yang lain. Tetapi kadang-kadang masalahnya adalah kesulitan mensinkronkan waktu satu guru dengan guru yang lain", ungkapnya.

Selain itu, menurut Priyanto yang perlu diperhatikan juga oleh Balai Tekkomdik adalah ekspektasi siswa yang sangat tinggi. Karena saat guru hanya menampilkan hal-hal yang biasa, siswa bilang kenapa hanya seperti itu. "Ini merupakan tantangan, bagaimana menjadikan teknologi yang menarik bagi anak-anak. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah menikmati game-game dengan animasi yang sangat menarik. Maka dari itu, Balai Tekkomdik harus mampu mengimbangi dengan menciptakan materi pembelajaran yang sesuai dengan segmentasi dan karakteristik siswa saat ini", tuturnya.

Narasumber ketiga, Arif Rahmanto, S.Pd. yang merupakan Guru Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta, mengungkapkan bahwa materi ajar yang disediakan oleh Balai Tekkomdik DIY, telah memudahkannya dalam kegiatan belajar mengajar. "Saya sudah sering memanfaatkan konten yang terdapat pada website jogjabelajar.org, karena hanya tinggal kita klik saja, materi pembelajaran langsung bisa dinikmati. Begitu pula dengan radio streaming dan radio on demand, ada banyak materi-materi cerita dongeng yang bisa saya download secara gratis untuk mendukung pembelajaran di kelas", ungkapnya.  

Memang benar, segala ekspektasi yang dibebankan oleh masyarakat terhadap Balai Tekkomdik DIY, merupakan tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh lembaga. Semoga dengan adanya tantangan ini, bisa melecut semangat lembaga serta seluruh komponen yang ada di dalamnya, untuk terus berpacu mewujudkan cita-cita mulia sebagai Pusat Pembelajaran Digital di DIY. (m.tok)