Trikon Dan Tripantangan Sebagai Benteng Di Era Disrupsi Teknologi

Saat ini pendidikan nasional menghadapi berbagai tantangan yang sangat berat khususnya dalam upaya menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan diera disrupsi teknologi. Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul turut mendukung kemajuan bangsa, terlebih dalam menghadapi era disrupsi teknologi seperti sekarang ini, bangsa Indonesia harus menghadapi persaingan dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan. Kualitas sumber daya manusia dan daya saing di Indonesia saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia tentu erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum mampu menjawab harapan dan tantangan di masa depan. Dalam menghadapi hal ini, pendidikan yang bermutu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan menjadi sebuah keharusan, karena pendidikan memainkan peranan yang sangat fundamental dimana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat tercapai.

Era disrupsi teknologi merupakan era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah sistem, tatanan dengan cara baru. Perlu mempersiapkan peserta didik dalam menjawab semua tantangan jaman ini. Menanamkan bahwa kita harus terbuka pada semua perubahan yang bermanfaat tetapi harus menyelaraskan perubahan jaman sebagai sumber belajar dengan potensi kultural yang dimiliki. Artinya bahwa pendidikan global yang memiliki ketrampilan abad 21 yang menyaring dan mengutamakan kearifan budaya lokal Indonesia. Kemajuan teknologi ibaratnya seperti pisau yang memiliki dua sisi, kalau kita pergunakan dengan benar maka akan banyak memberikan manfaat tapi sebaliknya jika kita tidak bisa memanfaatkan dengan baik akan menimbulkan dampak yang negatif dan berakibat buruk.

Konsep Trikon

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah mewarnai sejarah pendidikan di Indonesia. Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan menekankan pentingnya pengolahan potensi peserta didik secara terintegratif. Ada beberapa konsep Tamansiswa yang bisa diadopsi untuk mewujudkan pendidikan yang utuh di Indonesia. Salah satu konsep itu adalah  Trikon yang merupakan hasil ramuan berdasarkan pengamatannya tentang budaya timur dan barat. Trikon diambil dari tiga awal suku kata ; kontinuitet, konvergensi dan konsentrisitet, sebagai dasar dan sikap hidup perjuangan Tamansiswa di tengah-tengah masyarakat. Dan penjelasan dari ketiga kata tersebut adalah :

  1. Kontinuitet
    Kontinuitet berarti bahwa garis hidup kita di jaman sekarang harus merupakan "lanjutan, terusan" dari hidup kita di jaman yang silam, jangan “ulangan”, ataupun “tiruan” hidup bangsa lain. Kontinuitet merupakan dasar kultural. Dasar kultural ini dijelaskan Ki Hajar Dewantara bahwa kebudayaan itu sifatnya kontinu, bersambung tak terputus-putus dan berkembang maju. Dengan perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa ditarik terus, bukan loncatan terputus-putus, berkembang maju. Dengan perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa ditarik terus, bukan loncatan terputus-putus dari garis asalnya. Loncatan putus akan kehilangan pangkal asalnya untuk maju selanjutnya dan orang akan sesat kehilangan pegangannya. Kemajuan sesuatu bangsa adalah lanjutan garis hidup asalnya yang ditarik terus dengan menentukan nilai-nilai baru baik dari bangsa sendiri maupun dari luar. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kebudayaan itu tidak statis, tetapi dinamis, harus berkembang secara terus-menerus dan berusaha maju sesuai garis hidup asal kita.
  2. Konvergensi
    Konvergensi dalam arti keharusan untuk menghindari “hidup menyendiri” (isolasi) dan untuk menuju ke arah pertemuan dengan hidupnya bangsa-bangsa lain sedunia. Konvergensi merupakan dasar kemasyarakatan, ialah sambung dan hubungan kita dengan masyarakat yang lebih luas. Sebagai lembaga kemasyarakatan Tamansiswa tidak memisahkan diri dari masyarakat yang lebih luas. Ia harus menghubungkan dirinya dengan masyarakat, kalau ingin hidup mengabdi kepentingan masyarakat. Jadi dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa sudah seharusnya kita saling berkumpul atau berusaha menyambung hubungan dengan masyarakat luas. Hal ini kita lakukan agar kita tidak hidup menyendiri dan tidak mengakibatkan sikap dikucilkan masyarakat, sehingga akan terciptalah rasa kedamaian dan kenyamanan dalam hidup kita dengan masyarakat luas.
    Konsep konvergensi atau bisa disebut dengan akulturasi merupakan pembagunan pendidikan yang didasarkan pada perpaduan antara budaya sendiri dan pengaruh budaya dari luar. Ketika kita membicarakan masalah distrupsi teknologi memang selalu menghadirkan kemungkinan pengaruh yang mendua, yakni ada yang mempunyai dampak positif atau sebaliknya memiliki dampak negatif. Untuk mendapatkan dampak positif dari kemajuan perkembangan teknologi kita perlu memilah dan memilih sesuai dengan kebutuhan dan sekecil mungkin ada dampak negatifnya. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mengembangkan karakter dan membina kebudayaan bangsa harus merupakan kelanjutan dari budaya sendiri (kontinuitas) menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi), dan tetap terus memiliki dan membina sifat kepribadian di dalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentrisitas). Dengan demikian maka pengaruh terhadap kebudayaan yang masuk, harus bersikap terbuka, disertai sikap selektif sehingga tidak menghilangkan identitas sendiri.
  3. Konsentrisitet
    Konsentrisitet berarti bahwa sesudah kita "bersatu" dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan "kepribadian" kita sendiri, sungguhpun kita sudah bertitik pusat satu, namun di dalam lingkaran-lingkaran yang konsentris itu, kita tetap masih mempunyai sirkel sendiri. Konsentrisitet merupakan dasar nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara, alam hidup manusia itu merupakan "alam hidup berbulatan", yang digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran besar kecil yang semua itu bersatu titik pusat dimana orang duduk atau berdiri di atas titik pusat itu. Lingkaran terkecil adalah alam diri pribadi seseorang. Lingkaran di luarnya yang lebih luas ialah alam keluarga. Yang lebih luas bagi di luarnya ialah alam bangsa dan kebangsaan, dan yang terluas ialah alam manusia dan kemanusiaan. Semua lingkaran yang bersusun-susun itu atau titik pusatnya, tempat orang berdiri diatasnya ditengah-tengah lingkaran-lingkaran alam yang meliputinya.
    Konsep "Trikon" ditemukan oleh Ki Hajar Dewantara untuk memudahkan, menyelamatkan dan menyempurnakan masuknya pengaruh dari distrupsi teknologi yang membawa perubahan perilaku dan gaya hidup dari bangsa-bangsa lain sedunia ke dalam kebudayaan bangsa kita. Dasar kemanusiaan mempunyai maksud bahwa darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya yang dapat dilihat pada kesucian hati seseorang serta adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya, yang bersifat keyakinan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta. Asas dan dasar pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara merupakan landasan yang kokoh untuk membangun karakter bangsa bersendi pada budaya bangsa dengan tidak mengabaikan budaya asing. Jika asas dan dasar ini digunakan sebagai landasan penyelenggaran pendidikan kita, maka tidak perlu lagi meributkan tentang carut marut potret pendidikan kita.

Konsep Tri Pantangan

Pendidikan adalah kekuatan pembentuk masa depan, karena ia merupakan instrumen yang mampu mengubah sejarah gelap menjadi terang. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena di sanalah masa depan peradaban ini diproyeksikan. Perkembangan dunia global saat ini sdh tidak terbendung yang mengakibatkan perubahan tatanan sosial di semua lini. Kini persoalan terbesar bangsa Indonesia adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang dunia pendidikan yang mampu menghadapi perubahan dunia yang kian kompleks, cepat, dan sulit diramalkan untuk itu kita perlu mengupas konsep Tamansiswa yang kedua itu Tripantangan, Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna memiliki hawa nafsu dan lain-lainnya.

Apakah yang dimaksud dengan Tripantangan itu ?  Tripantangan adalah  : Harta, Tahta dan wanita. Harta disini adalah jangan menyalahgunakan jabatannya untuk memanipulasi keuangan artinya ketika diberi amanah jangan korupsi. Yang kedua Tahta yaitu jangan menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan. Dari kalangan pegawai rendah sampai yang paling tinggi punya peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan atau penugasan yang menjadi tanggung jawabnya. Berkaitan dengan tripantangan yang kedua ini, yang sering terjadi adalah nepotisme, menutupi dan membela kesalahan kerabatnya atau kelompoknya yang mengakibatkan jalinan yang tidak sehat. Dan ujung-ujungnya kepentingan rakyat diabaikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan atau kelompoknya. Dan yang ke tiga adalah Wanita dalam konsep ini jangan melanggar kesusilaan dan jangan berbuat dzalim. Di era yang serba modern sekarang ini ketiga penyakit masyarakat tersebut seolah-olah sudah bukan sesuatu yang tabu lagi bagi para pejabat yang memang bermoral tidak baik, mereka tanpa merasa malu ataupun merasa berdosa menggunakan jabatannya untuk melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pejabat. Ia mungkin lupa bahwa jabatan yang disandangnya adalah amanah yang harus ia lakukan dengan sebaik-baiknya dan dipertanggungjawabkan pada akhirnya.

Sudah semestinya figur seorang pejabat menjadi panutan dan teladan bagi masyarakatnya, namun yang terjadi justru sebaliknya seperti yang bisa dilansir di berbagai media, adanya korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah terjadi sejak Era Orde Baru hingga sekarang dan seolah-olah sudah mengakar dan melekat kuat di bumi Indonesia tercinta ini sehingga sulit untuk diobati. Dari ketiga penyakit tersebut, (korupsi, kolusi dan nepotisme), jika terbukti dilakukan oleh seorang pejabat akan muncul penyakit yang lain, berupa penyelewengan sang koruptor dengan wanita lain, dana tau memiliki istri lebih dari satu dengan cara yang melanggar kode etik. Jika ajaran Tripantangan ini dapat diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesi maka akan mencetak manusia-manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi. Tripantangan mempunyai banyak implikasi dalam berbagai bidang kehidupan, antar lain di kepemimpinan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Untuk itu konsep Trikon dan Tripantangan menjadi wajib disampaikan ke warga sekolah sebagai benteng menghadapi era disrupsi teknologi yang sedang kita hadapi.

Daftar Pustaka

Supriyoko, Ki. 2010. Taman Siswa dan Konsepnya. https://ideguru. wordpress.com/2010/02/19/taman-siswa-dan-konsepnya/.

Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.