Tips Menulis - Teknik Menulis Feature

Dalam bukunya "Features Writing for Newspaper" (1975), DR. Williamson mendefinisikan features sebagai tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Feature memiliki empat keistimewaan yang menjadi cirinya, yaitu kreatif, informatif, menghibur, dan boleh subjektif. Kreatif berbicara tentang proses penciptaannya, informatif tentang isi yang disampaikan, menghibur tentang gaya penulisan yang digunakan, dan boleh subjektif tentang cara penuturannya. Dengan demikian, feature dapat dikatakan sebagai tulisan kreatif yang dimaksudkan terutama untuk menghibur dan memberi informasi tentang suatu peristiwa, keadaan, atau aspek kehidupan, yang kadang disampaikan secara subjektif.

Secara inti, penulisan feature adalah sama seperti penulisan "hard news" pada berita, yaitu mencakup enam unsur (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How, atau "5W 1H". Sebelum mulai menulis feature, tahap-tahap berikut ini ada baiknya diketahui dan dilakukan penulis:

 

1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita.
2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita.
3. Memastikan sudut berita (point of view).
4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka.
5. Menulis berita.

1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita.

2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita.

3. Memastikan sudut berita (point of view).

4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka.

5. Menulis berita.

 

LANGKAH-LANGKAH MENULIS BERITA

Menentukan Lead (pembuka). Ada beberapa jenis lead, antara lain:

1. lead pasak (peg)

Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang ibu yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi. Nah, pelatuk peristiwa inilah yang akan menjadi lead.

Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.

2. lead pertanyaan

Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota.

Berapa ratus Baileys-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Bismoko (45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha (rekanan pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut pengakuannya.

3. lead deskriptif

Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya pergeseran lapis bumi di pantai Pelabuhan Ratu.

Gedung [...] masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan darah, korban gempa berkekuatan delapan pada skala Richter.

4. lead ledakan

Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba, sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah, seminar resmi dibuka.

Badan Berita
 
setelah menentukan lead, kita perlu menginventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu jalan cerita dari peristiwa yang hendak kita laporkan. hasil inventarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan jalan cerita yang ditemukan. itulah pula yang jadi subjudul dari berita.
 
setelah merumuskan lead, mulailah kita menata badan berita. satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. inilah yang dikenal dengan cara piramida terbalik.
 
Yang perlu diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Akan tetapi, dalam feature, kita dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan agar orang bisa membayangkan. Namun, tak bisa dijejal begini: Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu, jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasa cukup haru, ketika Bupati .... Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan, seterusnya.
 
Anekdot perlu untuk sebuah feature, tetapi jangan mengada-ada dan dibuat-buat. Dan, kutipan ucapan juga penting agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase. Detail penting, tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6 milimeter ..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Akan tetapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke-43, ini penting. Tidak bisa disebut sekitar menit ke-45 karena menit 45 sudah setengah main. Dalam olahraga sepak bola, menit ke-43 beda jauh dengan menit ke-30. Bahkan, dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.
 
Penutup Feature
 
Jika badan berita sudah selesai, tinggallah membuat penutupnya. Dalam berita, tidak ada penutup. Untuk feature, setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.
 
Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.
 
Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Namun, penutup feature adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Penutup ini disimpan sejak tadi.
 
Penutup Klimaks:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi, penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis penutup yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang, hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.
 
Penutup Tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa merupakan taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tetapi tidak pasti kapan.
 
Demikian sekilas tentang teknik penulisan feature. Ide feature bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita) karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kalau bulan Mei, tulislah feature tentang Hari Kebangkitan Nasional, misalnya. Jangan menulis feature tentang Pertempuran Surabaya di bulan Mei ini.