Teknologi T-CUP pada Kamera

Pernahkah kalian menggunakan pointer saat melakukan presentasi?, ketika Anda menekan tombol pada laser pointer, seluruh berkasnya muncul secara instan membentuk garis lurus panjang. Kenyataannya, itu adalah foton yang menembak seperti air dari selang, hanya saja dengan kecepatan yang terlalu cepat untuk dilihat. Tapi bisakah kita melihat berkas cahaya tersebut dengan mata telanjang? tentu saja tidak mungkin, tapi bukan berarti tidak ada cara untuk dapat menangkap gambarnya. Para peneliti di Caltech dan Universitas Quebec telah menemukan kamera tercepat di dunia, yang dengan 10 trilyun tembakan per detik dapat merekam cuplikan denyut cahaya saat bergerak melintasi angkasa. Para vendor smartphone atau kamera digital boleh saja mengklaim telah menciptakan kamera yang cepat, tapi pasti takkan bisa menyamai kecepatan T-CUP. Apa tiu T-CUP mari simak ulasan dibawah ini.

Dikutip dari situs digitalmania.id (15/10/2018), Dari penelitian-penelitian tersebut terciptalah kamera “The Flash”. Kamera ini dibangun di atas teknologi yang disebut ultrafast photography terkompresi (CUP). Kamera tercepat yang diciptakan oleh Jinyang Liang, profesor di INRS dan seorang pakar ultrafast imaging, bersama koleganya dari Caltech. Teknologi yang hebat ini, dapat mengunci 100 miliar frame per detik, tetapi dengan secara bersamaan merekam gambar statis dan melakukan beberapa perhitungan rumit, sehingga para peneliti mampu merekonstruksi 10 triliun frame. Mereka menyebut teknik baru ini T-CUP, namun mereka tidak mengatakan apa arti “T”, mungkin kalau boleh menebak T merupakan singkatan dari “Triliun.”

Dalam beberapa tahun terakhir, persimpangan antara inovasi dalam optik non-linear dan pencitraan telah membuka pintu untuk metode baru dan sangat efisien untuk melakukan analisis mikroskopis terhadap fenomena dinamis dalam biologi dan fisika. Tetapi untuk memanfaatkan potensi metode ini, perlu ada cara untuk merekam gambar secara real time pada resolusi temporal yang sangat singkat – dalam satu eksposur saja. Menggunakan teknik pencitraan saat ini, pengukuran yang diambil dengan pancaran laser yang sangat pendek harus diulang berkali-kali, yang sesuai untuk beberapa jenis sampel yang lembam, tetapi tidak mungkin untuk beberapa jenis sampel yang lebih rapuh. Sebagai contoh, kaca yang diukir laser hanya dapat mentolerir sinar laser tunggal, menyisakan kurang dari satu picosecond untuk menangkap hasilnya. Dalam kasus seperti itu, teknik pencitraan harus mampu menangkap seluruh proses secara real time.

Dengan teknologi tersebut membuat kamera ini lebih cepat dua kali lipat dari rekor kecepatan yang berhasil diciptakan pada tahun 2015 oleh kamera yang mampu melakukan 4,4 triliun tembakan per detik. Dengan kecepatan ini, kamera ini bisa ‘membekukan’ waktu untuk melihat fenomena yang ada, bahkan bisa melihat gerakan cahaya dalam gerak yang sangat lambat.

Meski demikian, para peneliti yang menemukan kamera tercepat ini masih belum puas dengan capaian yang diraih. Mereka bermaksud memecahkan rekor baru, menurut Jinyang Liang salah satu peneliti mengatakan bahwa mereka melihat kemungkinan untuk meningkatkan kecepatan hingga satu quadrillion frame per detik.