-
Telp Kantor
0274 517327 -
Surat Elektronik
[email protected] -
Alamat Kantor
Jl. Kenari No.2, Semaki
Telp Kantor
0274 517327Surat Elektronik
[email protected]Alamat Kantor
Jl. Kenari No.2, SemakiPandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge dari guru kepada siswa semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidaktepatan pandangan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. Karena sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif, yang mandiri, dan yang dapat membangun dirinya dan masyarakatnya (Tilaar, 2000: 21).
Di samping persoalan-persoalan khusus pembelajaran di kelas, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Seorang siswa atau mahasiswa menghadapi masalah berkaitan dengan aktivitas atau tugas-tugas belajarnya. Kelak, bilamana dia telah menjadi pekerja (karyawan), ia juga akan berhadapan dengan berbagai masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Tidak hanya itu saja, bahkan hampir setiap orang seringkali memiliki masalah dengan kepribadiannya sendiri. Sebut saja contoh yang sering kita dengar atau bahkan pernah kita ucapkan, misalnya seseorang yang mengatakan; saya tidak memiliki semangat, saya seringkali merasa malas, saya merasa kurang percaya diri, saya merasa sulit untuk menyesuaikan diri, saya yakin saya tidak mampu dan tidak kuat melakukannya, saya tidak yakin saya akan sukses, dan sebagainya.
Mengacu pada beberapa pandangan tentang belajar seringkali dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dari dimensi siswa. Sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar. Berikut ini adalah beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses belajar siswa.
Guru dari segala zaman sebenarnya tetap sama. Meski ada perubahan kurikulum, sebenarnya tidak terjadi perubahan mendasar pada guru. Hal yang dikehendaki adalah guru yang sama dapat memahami siswa dari latar belakang berbeda. Ada harapan semoga metode mengajar disesuaikan dengan perkembangan zaman dan perubahan pada siswa.
Mereka memiliki tugas untuk memahami siswa dan mengikuti perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Guru dari segala zaman adalah orang yang dapat hadir menjadi inspirasi dan membagikan ilmu kepada siswanya. Di sana, siswa diharapkan dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh dan lengkap, baik dari sisi psikomotorik, afektif, maupun, intelektual.
Berbeda dengan guru, siswa dalam setiap zaman berbeda. Bahkan, mereka itu berbeda pula secara individual. Keberadaan dan perlakuan mereka berbeda. Hal ini semestinya mendorong seorang guru untuk dapat mempelajari hal yang menjadi kemauan siswa.
Proses mengajar bisa dianalogikan seperti proses memancing ikan. Untuk dapat memperoleh ikan, kita perlu mencari tahu umpan yang disenangi oleh ikan yang menjadi target sehingga umpan tersebut bisa dengan cepat akan dilahap. Dengan demikian, seorang pemancing harus mencari hal yang disenangi dan disukai ikan, bukan apa yang disenangi dirinya. Oleh karena itu, seorang guru harus mencari hal yang diinginkan oleh siswa. Ia mempelajari perbedaan konteks yang ada pada setiap zamannya. Dengan itu, ia sanggup mendidik siswa sehingga bisa mengantar mereka kepada pemahaman yang benar dan pendidikan yang seharusnya.
Kita tidak bisa mengajarkan anak-anak dengan cara kita diajarkan karena mereka hidup pada zaman yang berbeda. Mereka adalah manusia masa depan yang dititipkan kini. Oleh karena itu, kita tidak memenuhi mereka dengan cara berpikir yang sama, tetapi kita mengasah mereka agar sanggup memberikan pemecahan yang tepat sasar dengan tuntutan zaman itu.
Perbedaan dalam diri mereka menuntut seorang guru untuk selalu membumi mempelajari latar belakang siswa sehingga tepat memberikan solusi. la tidak bisa memperlakukan siswa dengan sama. Siswa kelas paralel pada tingkatan yang sama juga tidak bisa diperlakukan sama. Ketika hal tersebut dilakukan maka guru dapat menjadi bahan tertawaan karena apa yang ia ungkapkan tidak 'nyambung dengan realitas siswa. Jadi, guru diajak untuk mengikuti perkembangan zaman. Menjadi guru zaman now bukan berarti ia menjadi berbeda. Guru dituntut menjadi hebat sesuai zaman karena siswa sebagai anak zaman now menuntut perubahan dan penyesuaian dari guru untuk mengikuti zaman.
Tidak dapat dipungkiri lagi kecenderungan siswa saat ini lebih suka menonton daripada membaca. Namun perlu diingat bahwa media video bersifat satu arah saja, jadi siswa hanya menerima secara pasif tanpa terlibat aktif dalam pembelajaran. Berapa persen kelompok usia remaja yang gemar main game saat ini? nah dengan pola kegemaran kelompok usia sekolah tersebut dapat digunakan sebagai “umpan“ untuk cara untuk dapat mendapatkan perhatian mereka, sekaligus melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan cara mereka belajar, misal dengan quizlet. Quizlet adalah platform pembelajaran interaktif yang dijalankan secara online dan menyenangkan.
Bagaimana Quizlet bekerja?
Sumber :