Nyapar, Alat Pemadam Kebakaran Hutan Digital Karya Putra Bangsa

Kita tahu Indonesia merupakan negara tropis yang amatlah subur dan sangat mudah bagi tumbuhnya berbagai macam tumbuhan. Masih cukup banyak kawasan hutan yang ada di Indonesia. Tercatat luas hutan Indonesia kurang lebih 120 juta ha walaupun setiap tahun nya luas hutan di Indonesia semakin menyusut dikarenakan banyaknya pembangunan serta alih fungsi lahan. Namun ada beberapa permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan bencana yang ditimbulkan oleh keberadaan hutan yang ada di Indonesia, yaitu kebakaran. Bencana Kebakaran hutan bisa terjadi akibat proses alamiah dari musim kemarau berkepanjangan yang membakar daun-daun kering ataupun yang ada di lahan gambut, Namun bisa saja terjadi akibat ulah dari orang yang tidak bertanggung jawab yang sengaja membakar hutan demi tujuan tertentu. Akibat yang ditimbulkan tentu kerusakan ekosistem baik tanaman,pepohonan, maupun hewan-hewan yang ada di hutan tersebut. Dan dampak bagi keberlangsungan manusia yaitu bencana kabut asap yang dapat menganggu kesehatan.        

Tindakan dari pihak terkait untuk berusaha memadamkan Kebakaran hutan sudah cukup baik, Mulai pemadaman dari darat, dari udara (water booming), maupun menciptakan hujan buatan. Namun tetap merasa belum maksimal dikarenakan luasnya hutan, medan yang dijangkau, serta besarnya biaya untuk menciptakan hujan buatan. Permasalahan tersebut mengetuk hati para akademisi dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Kalimantan Barat untuk menciptakan Alat pemadam kebakaran hutan dan lahan gambut digital yang bernama Nyapar.

Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Dr. Ir. H. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM menuturkan bahwa butuh waktu dua tahun untuk meriset dan menciptakan alat tersebut. Alat ini mempunyai kelebihan daripada alat pemadam kebakaran manual. Nyapar dapat dikontrol dan di desain portabel sehingga lebih memudahkan dalam memadamkan beberapa titik kebakaran. Alat ini memiliki tiga nozzle yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda yaitu dua Nozzle fire ground untuk memadamkan kebakaran di areal lahan gambut serta memadamkan api di dalam tanah dan nozzle konvensional sebagai pendorong air seperti pada alat pemadam kebakaran pada umumnya. Dikutip dari berbagai sumber, Alat yang bisa dibilang semi robotik ini menggunakan power bank untuk mengendalikan nozzelnya.

Mesin pendorongnya berbentuk portable sehingga dapat digendong di punggung seperti ransel sehingga mudah dalam membawanya untuk menjangkau di area yang sulit diakses. Walaupun berbentuk portable Mesin pendorong pada alat ini mampu menyemprotkan air dalam jangkauan 30-50 meter. Menurut Gusti, Dalam pembuatan Alat ini, menghabiskan Biaya Rp 20 Juta untuk setiap unitnya dan istimewanya alat ini hanya cukup dioperasikan oleh satu orang operator saja. Ada pula fitur menarik pada alat ini, yaitu alat untuk mendeteksi titik panas namun harus ada tambahan biaya sendiri. Nyapar telah dipatenkan oleh Universitas Tanjungpura dan siap untuk di pergunakan. Sebagai tahap awal enam unit nyapar akan diserahkan ke desa yang menjadi target kerja sama Universitas Tanjungpura dan Indonesia Climate Change Strust Fund (ICCTF) atau Bappenas. Sebuah penemuan yang membanggakan dari Putra Indonesia, semoga kedepannya mampu dikembangkan dan mampu mencukupi untuk wilayah-wilayah yang rawan akan kebakaran hutan.