Muhammad Hanif Sugiyanto dan Swakresna Edityomurti, Ponsel Untuk Tuna Netra

Dua mahasiswa UGM mengembangkan ponsel untuk penyandang tunanetra. Ponsel khusus yang diberinama iBlind ini dapat membantu tunanetra untuk melakukan komunikasi jarak jauh dengan lebih mudah. Mereka adalah Muhammad Hanif Sugiyanto dan Swakresna Edityomurti. Ponsel rancangan keduanya berhasil menyabet medali perunggu dalam kategori Technology for Special Needs dalam kontes International Exhibition of Young Inventors (IEYI) di Jakarta pada 1 November 2014 kemarin.

Hanif mengungkapkan iBlind tercipta berawal dari keprihatinannya terhadap penyandang tuna netra yang kesulitan menggunakan ponsel. Kondisi tersebut mendorongnya untuk mengembangkan alat komunikasi yang mampu memudahkan tuna netra dalam menggunakannya. Bersama dengan Swakresna sejak tahun 2013 lalu, tepatnya ketika keduanya masih berada di bangku SMA, proyek pengembangan iBlind dimulai. “Di lingkungan saya ada penyandang tunanetra yang sering mengeluh kesulitan menggunakan ponsel terutama untuk membaca sms yang masuk. Hal inilah yang mendorong saya untuk mengembangkan iBlind,” ungkapnya.

Menurut Hanif prinsip kerja iBlind adalah untuk membantu penyandang tunanetra dalam melakukan komunikasi menggunakan ponsel. Bekerja dengan mengubah teks SMS menjadi kode Braille. “Pesan singkat yang masuk berupa huruf digital diubah ke dalam bentuk Braille dengan menggunakan software,” jelas mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi Fakultas Teknik ini. Selanjutnya pesan yang telah diubah dalam bentuk braille tersebut dimunculkan dalam display iBlind. Namun display disini bukan berupa layar, tetapi berupa kotak dengan lubang-lubang yang  dapat timbul dan memunculkan karakter huruf Braille sehingga dapat diraba oleh pengguna untuk memahami isi pesan yang dikirimkan. “Untuk saat ini jumlah karakter yang ditampilkan masih terbatas, baru 5 karakter saja untuk sekali tampilan,” katanya. Tidak hanya itu, prototype yang mereka kembangkan saat ini fungsinya hanya terbatas untuk menerima sms saja. Sementara belum mampu untuk melakukan pengiriman pesan dan panggilan telepon. “Alat yang kami buat ini baru purwarupa. Kedepan akan kami kembangkan agar bisa berfungsi seperti ponsel pada umumnya,” tuturnya.

Swakresna menambahkan kedepan meraka akan mengembangkan iBlind dengan desain yang memudahkan penyandang tunanetra saat menggunakannya. Tidak seperti saat ini dengan wujud yang masih saling terpisah antar komponen yakni display, modul GSM, dan software. Nantinya iBlind akan dibuat layaknya ponsel yang ada dipasaran yang disatukan dalam satu sistem. “Rencananya akan dikembangkan dalam bentuk tablet ukuran 8x11 cm dengan tebal 5 mm,” imbuh mahasiswa Jurusan Teknologi Jaringan Sekolah Vokasi ini.

Dalam rancangan desain pengembangan iBlind kedepan akan terdapat refreshable braille untuk menampilkan data inboks dan sms di sisi depan. Sementara di sisi bawah dilengkapi dengan keyboard untuk menulis pesan dengan karakter Braille. Akan dilengkapi juga dengan sejumlah tombol yang berfungsi untuk menampilkan pesan sebelum maupun selanjutnya serta tombol spasi. “Harapannya proyek iBlind ini segera bisa kami selesaikan sehingga tablet ini menjadi salah satu fasilitas komunikasi baru bagi penyandang tuna netra,” harapnya.