Mobil yang Terbuat dari Sayuran

Industri otomotif kendaraan roda empat berkembang pesat saat ini. Beberapa perusahaan otomotif terus berkompetisi menunjukan inovasi terbaiknya. Namun, Rata-rata bahan material body mobil era sekarang lebih menjurus ke campuran serat aluminium, karbon, fiberglass dan plastik jelas berbeda dengan era 90an kebawah yang masih mengunakan bahan plat logam serta besi penuh, tentu semua ini demi menekan biaya produksi serta efektifitas dalam proses produksi dan tentunya lebih ramah lingkungan. Tetapi, apakah anda pernah terpikir ketika sebuah bodi mobil terbuat dari campuran sayuran? Kok bisa?   

Dikutip dari berbagai sumber, Terjawab sudah Mahasiswa dari Eindhoven University of Technology di Belanda telah membuat terobosan baru dan super unik untuk teknologi yang mengandalkan ramah lingkungan. Mereka berhasil membuat mobil biodegradasi pertama di dunia yang terbuat dari tanaman dan sayuran hijau, bernama “Lina”. Mobil listrik sederhana yang dibuat oleh mahasiswa Belanda ini terbuat dari resin yang berasal dari gula bit (Sejenis gula tebu yang terbuat dari tanaman berbunga Beta vulgaris) yang ditutupi dengan jerami. Kualitasnya pun hampir sama dengan fiberglass.

Kumpulan jerami menghasilkan serat yang sangat kuat, dengan dipadukan plastik biodegradasi yang terbuat dari gula bit. Bahkan mobil ini sangat ringan, memiliki bobot hanya 310 kg. “Lina” bisa menampung hingga empat orang penumpang. Menurut Yanic van Riel, salah satu pengembang dari Tim Ecomotive di Eindhoven University of Technology menyebutkan “hanya rangkaian suspensi, rangka, serta roda saja yang belum bisa dibuat dengan bahan bioteknologi”. Sasarannya Mobil ini diperuntunkan digunakan di perkotaan (City Car), karena bobotnya yang sangat ringan yang mampu menekan penggunaan energi baterai serta sangat ramah lingkungan. Dalam pengujian “Lina” mampu menghasilkan kecepatan hingga 80 km per jam.

Sayangnya, “Lina” belum pernah menjalani uji tabrak untuk mengetahui sejauh mana kekuatan bodi dan strukturnya. Tim terus bekerja keras untuk mengembangkan material bodi mobil ini, sehingga bisa mencapai tingkat keamanan yang sesuai standar dalam uji tabrak. Pasalnya material dan struktur bodi lina ketika mengalami benturan langsung hancur, berbeda halnya dengan logam yang membengkok terlebih dahulu. Namun tim tetap akan bertekad menguji “Lina” akhir tahun ini, setelah mendapatkan apresiasi dari Otoritas kendaraan Belanda (NVA). Sebagai pelopor mobil ramah lingkungan, Harapan semoga mobil “Lina” terus bisa dikembangkan dan mampu diproduksi secara massal.