Mengukur Efektifitas Program Pembelajaran Dengan Model Evaluasi Goal Free Evaluation

Latar Belakang

Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian belajar atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan . Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran . Melaui evaluasi kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus,  minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik, serta efektifitas media pembelajaran.

Dalam mengevaluasi efektifitas program pembelajaran, kita harus memilih model-model evaluasi yang sesuai dengan apa yang akan kita evaluasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah pendapatan atau konsep sebenarnya yang dimaksud adalah sama, yaitu setrategi yang akan dipakai sebagai kerangka kerja dalam melakukan evluasi atau apa yang dipilih akan tergantung pada maksud dan tujuan evaluasi. Untuk ini harus memilih teori atau fungsi dari model atau pedekatan tersebut dan tidak tergantung pada satu model atau pendekatan atau konsep, harus dikuasai seluk beluk setiap model yang menjadi pilihan.

Pengertian Goal Free Evaluation Model

Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program pembelajaran evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program pembelajaran. Yang perlu diperhatikan dalam program pembelajaran tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program pembelajaran, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak diharapkan). Evaluasi model goal free evaluation, fokus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program/media pembelajaran yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum dilakukan. Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost benefit analysis.

Tujuan program pembelajaran tidak perlu diperhatikan karena kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa, dalam model ini bukan berarti lepas dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai, bukan secara rinci perkomponen yang ada.

Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi Judgement ataupun explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Ciri – ciri evaluasi  Goal Free Evaluation yaitu :

  1. Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
  2. Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi.
  3. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan.
  4. Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin.
  5. Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.

Mungkin akan lebih baik apabila evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan evaluasi bebas tujuan dikawinkan,karena mereka akan saling mengisi dan melengkapi. Evaluator internal biasanya melakukan evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Di samping itu, perlu diketahui bagaimana orang luar menilai program pembelajaran bukan hanya untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilakukan di semua bagian, pada semua yang telah dihasilkan, secara sengaja atau tidak sengaja. Yang belakangan ini merupakan tugas operator  bebas tujuan yang tidak mengetahui tujuan program pembelajaran.

Fungsi Goal Free Evaluation

Model Goal Free Evaluation berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis model memungkinkan teknolog untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang tidak mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program ( Guskey, 2000). Melalui proses teknik baik terang-terangan dan terselubung , metode ini berusaha untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi proses akurat , dan menentukan pentingnya mereka ke program ( Boulmetis & Dutwin , 2005 ). Sementara model ini berfokus pada hasil tanpa gol , model lain berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias .

Fungsi evaluasi Goal Free Evaluation adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagi pula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan.  Dalam evaluasi bebas tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.

Kekurangan dan Kelebihan Goal Free Evaluation

Model evaluasi Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari model bebas tujuan di antaranya adalah:

  1. Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci setiap komponen, tetapi hanya menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka.
  2. Model ini menganggap pengguna sebagai audiens utama. Melalui model ini, Scriven ingin evaluator mengukur kesan yang didapat dari sesuatu program dibandingkan dengan kebutuhan pengguna dan tidak membandingkannya dengan pihak penganjar.
  3. Pengaruh konsep pada masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang telah dilakukan, seorang penilai bisa melakukan evaluasi.
  4. Kelebihan lain, dengan munculnya model bebas tujuan yang diajukan oleh scrieven, adalah mendorong pertimbangan setiap kemungkinan pengaruh tidak saja yang direncanakan, tetapi juga dapat diperhatikan sampingan lain yang muncul dari produk.

Walaupun demikian, yang diajukan scrieven ternyata juga memiliki kelemahan seperti berikut:

  1. Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting, seperti apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan bagimana mengidentifikasi  pengaruh tersebut.
  2. Walaupun ide scrieven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang paralel dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scrieven tidak terlalu berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya benar-benar dilaksanakan.
  3. Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau pada akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.
  4. Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan evaluasi model ini.
  5. Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya menekankan pada objek sasaran saja.

Model Goal Free Evaluation merupakan titik evaluasi program pembelajaran, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada. Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven yakni model evaluasi Goal Free Evaluation , tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program pembelajaran sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program/media pembelajaran, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.

Dalam model goal free evaluation, para evaluator peneliti mengambil dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dalam goal free evaluation, bahwa dalam goal free evaluation para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.

Goal free evaluation adalah pendekatan yang kuat dalam mengukur efektivitas media pembelajaran karena tidak hanya terfokus pada tujuan awal, tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek kualitatif yang mungkin terlewatkan. Dengan mengidentifikasi kriteria penting, mengumpulkan data yang relevan, menganalisis hasil, dan melakukan perbaikan berkelanjutan, kita dapat meningkatkan efektivitas program pembelajaran dan memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih baik bagi siswa. Dengan demikian, pendekatan goal free evaluation dapat menjadi alat yang berharga dalam meningkatkan kualitas pendidikan.