-
Telp Kantor
0274 517327 -
Surat Elektronik
[email protected] -
Alamat Kantor
Jl. Kenari No.2, Semaki
Telp Kantor
0274 517327Surat Elektronik
[email protected]Alamat Kantor
Jl. Kenari No.2, SemakiSalah satu cara menyampaikan pembelajaran adalah dengan media film. Film adalah sebuah karya yang menggabungkan audio dan video yang di dalamnya terdapat alur cerita, ekspresi, dan memiliki pesan tersirat yang disampaikan. Tanpa disadari film dapat memainkan perasaan dan emosi, bahkan bisa mempengaruhi perilaku seseorang.
Menyadari banyaknya dampak film dalam mempengaruhi seseorang menjadi kesempatan untuk menyampaikan pembelajaran yang membawa pengaruh positif kepada para penontonnya. Film pendidikan adalah gabungan audio dan video yang memiliki alur cerita dengan konflik yang sederhana, menggambarkan keadaan sosial masyarakat dan memiliki pesan-pesan moral yang ingin disampaikan. Film pendidikan lebih mementingkan unsur rasa dan nilai-nilai.
Pada umumnya film pendidikan ini ditujukan untuk anak-anak hingga remaja sebagai salah satu cara pembentukan karakter dan mental mereka. Selain itu, usia anak-anak masih sangat mudah dimainkan emosinya. Namun sangat memungkinkan film pendidikan juga ditujukan untuk orang dewasa karena pada hakikatnya proses belajar dilakukan oleh semua manusia seumur hidupnya. Tentunya film pendidikan harus dikemas dengan menarik, tidak bertele-tele, dan menggunakan bahasa yang ringan serta tidak ada kata-kata kasar di dalamnya. Agar pesan-pesan dalam film pendidikan tersampaikan, maka harus disesuaikan dengan segmentasi penonton. Jika film pendidikan ditujukan untuk anak maka tokoh-tokoh dalam film disesuaikan agar lebih menarik minat anak seperti tokoh anak-anak, remaja, hingga kartun. Alur cerita dari film pendidikan juga disesuaikan, pengambilan topik masalah sosial disekitar lingkungan mereka sehingga mereka akan lebih mudah memahami dan mengambil nilai moral dari film tersebut.
Berbeda dengan jenis film lainnya, film pendidikan memiliki karakteristik. Menurut Al Tirtayasa berikut adalah karakteristik film pendidikan :
Banyak orang yang masih bingung membedakan antara film pendidikan dengan video pembelajaran. Lalu sebenarnya apa perbedaanya? Secara bentuk memang sama karena memiliki bentuk audio video dan menyampaikan informasi pembelajaran, namun secara prinsip film pendidikan dan video pembelajaran ini berberbeda. Kebanyakan video pembelajaran hanya berdurasi 10-15 menit, sedangkan film pendidikan lebih panjang. Video pembelajaran berisikan materi atau informasi suatu pelajaran atau mata pelajaran sedangkan film pendidikan memiliki alur cerita dari kejadian sosial masyarakat dan biasanya film pendidikan diperankan oleh beberapa tokoh.
Beberapa contoh film pendidikan yang mungkin sudah banyak yang mengenali adalah “Laskar Pelangi”, dan “Sokola Rimba”. Film yang menceritakan perjuangan untuk belajar maupun mengajar di daerah pelosok atau daerah pedalaman. Film-film tersebut sarat akan nilai pendidikan dan kemanusiaan. Selain contoh di atas, ada film pendidikan yang durasinya lebih pendek, berkisar 25-30 menitan seperti film “Kisah Dini Hari” yang menceritakan fenomena Klithih dikalangan remaja yang sedang marak, film “GPS” dengan pesan nilai pendidikan, kesopanan dan etika perilaku. Film pendidikan lokal produk daerah DIY melalui Balai Tekkomdik Disdikpora DIY bisa menjadi opsi pada era ini karena durasinya yang pendek, sebab pada umumnya anak lebih suka melihat video atau film dengan durasi pendek dan tidak bertele-tele. Film pendidikan lokal biasanya lebih tepat sasaran untuk para anak atau remaja di daerah tersebut karena diambil dari fenomena yang terjadi pada daerahnya sendiri, dibintangi oleh tokoh lokal dan biasanya lebih ringan.
Sedangkan untuk contoh video pembelajaran adalah video-video yang menayangkan informasi pembelajaran akademik seperti video “Ruang belajar Biologi” yang diproduksi oleh Ruang guru. Video pembelajaran ini menggabungkan antara seorang guru yg sedang menjelaskan/mengajar dengan objek visual yang berkaitan dengan materi yang sedang dijelaskan. Jadi diharapkan dengan anak melihat video tersebut mampu merasakan bahwa ada guru yang mengajar atau menjelaskan materi secara langsung sehingga anak mudah menangkap materi yang disampaikan. Sasaran video pembelajaran ini untuk anak-anak usia sekolah sesuai materi pada tingkat tertentu.
Dari ilustrasi di atas dapat dilihat perbedaan bentuk film pendidikan dan video pembelajaran. Secara mudahnya film pendidikan berisi nilai pendidikan sosial yang bisa mempengaruhi perilaku kehidupan sehari-hari, sedangkan video pembelajaran menerangkan tentang pembelajaran akademis mata pelajaran tertentu. Video pembelajaran biasanya hanya melibatkan 1 – 2 tokoh pemain dalam video, sedangkan film pendidikan berisi lebih dari 2 tokoh pemain hal tersebut karena film pendidikan bersifat sosial.
Sebaiknya kapan menayangkan film pendidikan dan video pembelajaran?
Beberapa guru lebih memahami terkait waktu dan situasi yang tepat untuk para siswanya menonton. Biasanya video pembelajaran lebih tepat digunakan sebagai media belajar saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena memudahkan siswa untuk memahami suatu materi pelajaran dan juga bisa merasakan hadirnya guru dalam video. Sedangkan untuk film pendidikan dapat ditayangkan saat pembelajaran tatap muka, disela-sela materi pelajaran. Hal ini bisa digunakan guru untuk mencegah bosan saat jam pelajaran namun jika film pendidikan yang dipilih durasinya panjang maka waktu yang tepat untuk menayangkan adalah di jam luar pelajaran seperti saat jam kosong atau hari-hari setelah ujian akhir semester sembari menunggu pengumuman nilai rapot.
Selain dapat mempengaruhi perilaku anak, film pendidikan juga dapat menumbuhkan motivasi dan semangat seperti anak termotivasi untuk semangat belajar karena melihat kondisi orang lain yang tidak seberuntung dia dalam mendapat fasilitas belajar, atau juga termotivasi untuk selalu bersikap dan berperilaku baik kepada siapapun, selalu bersikap sopan dan beretika. Guru dapat memilih film-film pendidikan yang temanya sesuai dengan segementasi siswanya karena ada berbagai jenis film pendidikan dengan tema atau mengangkat nilai tertentu. Sebelum memilih suatu film, lebih baik guru sudah melihat film pendidikan tersebut secara meyeluruh agar guru lebih memahami nilai film tersebut dan dapat memilih dengan tepat film pendidikan yang pas. Guru sebaiknya juga memilih film pendidikan yang sederhana namun kaya akan nilai-nilai, film pendidikan yang inspiratif dan akan lebih baik jika film pendidikan yang kekinian untuk menghindari siswa sudah pernah melihat sebelumnya. Terdapat tigas jenis film yaitu :
film yang berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh- sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh antagonis maupun protagonis.
Fiksi terikat dengan alur dalam sebuah cerita film tersebut. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Struktur film biasanya terikat dengan kausalitas. Cerita juga biasanya memiliki karakter (penokohan) seperti antagonis dan protagonis, jelas sangat bertolak belakang dengan jenis film dokumenter.
Jenis film yang mempunyai perbedaan dengan film dokumenter dan fiksi. Film eksperimental tidak mempunyai alur tapi tetap memiliki sebuah struktur pembangun. Struktur dalam film ekperimentasl sangat dipengaruhi oleh perasaan yang subjektif misalnya gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin yang dirasakan oleh tokoh yang terlibat dalam sebuah film. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.
Pendapat ini menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis film yang berbeda secara struktur dalam cara penyampaiannya. Ketiga jenis film tersebut adalah film dokumenter, film fiksi, dan film eksperimental. Film dokumenter dan film fiksi disampaikan secara naratif (cerita), sedangkan film eksperimental disampaikan secara non-naratif (non cerita) (Pratista, 2018:34).
Contoh film pendidikan dokumenter adalah “Sikola Baruak” yang menceritakan dokumenter Minang mengenai tradisi beruk pemetik kelapa di Padang Pariaman, Sumatera barat. Film dokumenter “Diam & Dengarkan” yang meceritakan sebuah perenungan di masa pandemic Covid-19, ceritanya dimulai dari bumi terbentuk hingga keadaan hari ini dan bagaimana bumi menyikapi setiap kondisi yang terjadi. Rekomendasi film dokumenter lokal adalah “Kisah Dini Hari” yang mendokumentasikan cerita kejadian remaja yang terpengaruh lingkungan menjadi pelaku begal/klithih dini hari. Dan masih banyak lagi contoh film documenter yg bisa jadi pilihan.
Film-film fiksi juga bisa menjadi pilihan seperti film “Garuda Superhero” yang bercerita tentang sang Garuda si superhero yang tidak hanya menyelamatkan Indonesi namun juga dunia dari ancaman terror Durja King dan bahaya asteroid yang mengancam bumi. Ada juga film jenis fiksi berjudul “Si Juki The Movie” mengisahkan si Juki saat sedang berada di puncak ketenaran. Namun di sisi lain, Juki mulai jenuh dengan kehidupan sebagai selebriti yang serba diatur. Juki pun terlibat dalam misi penyelamatan Indonesia dari jatuhnya meteor besar bersama ilmuwan Badan Antariksa Seluruh Indonesia bernama Erin. Film fiksi lain yang juga campuran dengan action adalah “ Foxtrot sik” menceritakan tentang kondisi Indonesia pada masa depan. Dikisahkan, seorang mantan anggota marinir bersama teman-temannya berjuang menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan dan kepemimpinan sebuah partai politik yang korup dan jahat. Film ini menggabungkan unsur science fiksi dan action.
Film eksperimental belum begitu banyak ditemui di Indonesia, jenis film ini juga tidak sebanyak jenis documenter dan fiksi. Film “Ritual in Transfigured Time” adalah salah satu film eksperimental yang mengeksplorasi penggunaan tarian dalam film melalui lensa komentar norma-norma sosial, metamorfosis, dan antropomorfisme. Film eksperimental susah dicerna karena umumnya tidak menggunakan dialog.
Banyaknya pengaruh film pendidikan dapat kita simpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan pembentukan karakter anak dapat dilakukan melalui film pendidikan. Film pendidikan sebagai salah satu media pembelajaran yang menarik dan banyak digemari oleh berbagai kalangan anak, selain itu film pendidikan ini juga dapat membantu guru mengelola kelasnya. Guru dapat mengarahkan peserta didik setelah menyimak dan mengamati film yang dijadikan sebagai bahan ajar dan siswa dapat mengambil berbagai pelajaran hidup yang positif terkait film tersebut (Lenny & Hemiati, 2021). Dengan demikian pembentukan karakter dan budi pekerti anak dapat dilakukan melalui media film yang mendidik, anak akan belajar tanpa merasa sedang belajar melalui film. Belajar dan pembentukan budi pekerti terasa menyenangkan melalui film pendidikan.
Daftar Pustaka
Apriliani Lenny & Hermiati (2021). Peran Media Film dalam Pembelajaran Sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter. Palembang : Semnas Universitas PGRI Palembang