Media Pembelajaran Audio Produksi Balai Tekkomdik Sebagai Pendukung Belajar Siswa Tunanetra

Pendahuluan

Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Pendikan yang layak akan membuka peluang seorang warga negara kehidupanya semakin meningkat dan sejahtera. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus dalam hal ini tunanetra juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mengembangkan diri, dan meningkatkan kualitas hidupnya. Namun sampai saat ini mereka masih menjadi siswa yang termarginalkan. Fasilitas dan layanan pendidikan yang tersedia belum memadai dan mengakomodir kebutuhan belajar mereka. Sumber belajar yang tersedia lebih banyak mengakomodasi pada pendidikan anak-anak awas yang bersifat visual. Padahal bagi siswa tunanetra hanya dapat menyerap ilmu dan informasi terbatas pada pengoptimalan indera yang masih dapat dipergunakan yaitu indera pendengaran, indera perabaan, dan indera penciuman.

Permasalahan lain dalam pembelajaran untuk siswa tunanetra terletak pada proses penyampaian materi pembelajaran. Dalam penyampaian materi, guru selama ini masih lebih banyak menggunakan metode ceramah melalui mulut guru. Guru seringkali harus mengulang membacakan materi beberapa kali (demikian juga pada saat membacakan soal ujian). Hal ini menjadikan proses pembelajaran menjadi kurang efisien. Di sisi lain guru menjadi kelelahan namun materi pembelajran belum dapat tersampainan dengan baik secara keseluruhan. Kesenjangan antara hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan minimnya fasilitas yang tersedia menjadikan siswa tunanetra kurang dapat mengembangkan potensi dirinya. Padahal kecerdasan siswa tunanetra sebenarnya relative sama jika dibandingkan dengan siswa awas. Perbedaan antara siswa awas dengan siswa tunanetra dalam belajar hanya terletak pada hambatan siswa tunanetra dalam menerima informasi serta dalam persepsinya. Sebenarnya siswa tunentra dapat sejajar dengan siswa awas jika fasilitas belajar yang sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya terpenuhi.

Beranjak dari permasalah tersebut, ketersediaan sumber belajar yang mengakomodasi karakteristik dan kebutuhan siswa tunanetra mutlak diperlukan. Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pembelajaran layak didorong untuk dikembangkan. Media audio merupakan salah satu media pembelajran berbasis TIK sangat sesuai dan layak dikembangkan untuk memenuhi sumber belajar bagi siswa tunanetra. Sifat auditif media ini sesuai dengan karakteristik siswa tunanetra yang hanya dapat mengakses informasi dan pengetahuan melalui pendengaran. Dengan demikian media ini mampu untuk mengisi kekosongan sumber belajar bagi siswa tunanetra.

Prinsip Pembelajaran Siswa Tunanetra

Pembelajaran bagi siswa tunanetra agak berbeda jika dibandingkan dengan siswa awas. Strategi pembelajaran bagi siswa tunanetra didasarkan pada upaya untuk memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi siswa. Strategi ini juga berkaitan dengan upaya pemanfaatan indera-indera yang masih berfungsi secara optimal untuk mengimbangi hilangnya fungsi penglihatan. Prinsip-prinsip dalam menyusun strategi pembelajaran yang harus diperhatikan antara lain:

  1. Prinsip Individual 
    Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran di mana pun (di sekolah umum maupun sekolah luar biasa). Guru dituntut untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, peserta didik tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan khusus terkait dengan ketunanetraannya (tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan, dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dan lain-lain). Secara umum, harus ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak.
  2. Prinsip Aktifitas Mandiri (Self Activity)
    Strategi pembelajaran harus memungkinkan atau mendorong peserta didik tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus memungkinkan peserta didik untuk melakukan dan mengalami, bukan sekedar mendengar dan mencatat.
    pembelajaran harus memungkinkan peserta didik untuk melakukan dan mengalami, bukan sekedar mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Isi pelajaran (fakta dan konsep) penting bagi anak, tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi pelajaran tersebut (Sari Rudiyati; Pendidikan Anak Tunanetra; 148).

Karakteristik Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra

Tingkat kecerdasan siswa tunanetra tidak jauh berbeda dengan siswa awas. Hambatan penglihatan yang membuat mereka kurang mampu dalam menyerap informasi. Mereka memerlukan fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya dan kebutuhannya agar mereka dapat meningkatkan derajat dan hidup mandiri. Yang diperlukan dalam pembelajaran untuk siswa tunanetra menurut Nandiyah Abdullah menitikberatkan pada komunikasi yang bersifat efektif, monitoring dalam kecepatan penyampaian, dan penggunaan penguatan (reinforcement) terhadap kesuksesan belajar.

Fasilitas yang tersedia dalam proses pembelajaran untuk siswa tunanetra meliputi:

  1. Bacaan dan tulisan Braille.
  2. Keyboarding, yaitu kemampuan menggunakan keyboard cara tunanetra agar dapat berkomunikasi dalam bentuk tulisan dengan orang lain.
  3. Alat bantu menghitung berupa sempoa dan kalkulator.
  4. Buku bersuara telah menjadi alat pendidikan standar bagi penyandang tunanetra.
  5. Teknologi komputer. Kemajuan dalam teknologi komputer memberikan dampak positif dalam pendidikan anak yang mengalami hambatan penglihatan

Perkembangan dan Pengembangan Media Audio Pembelajaran untuk Siswa Tunanetra

Pada saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin maju. Perkembangan ini tidak hanya terjadi pada teknologi untuk media visual, namun juga terjadi pada media audio. Bentuk ini akan memudahkan pengguna untuk menyimpan dan mentransportasikan file pembelajaran dalam berbagai device, misalnya CD Player, MP3 Player, MP4 Player, DTB Player, komputer atau laptop. Untuk pembelajaran siswa tunanetra ada software tertentu yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk tunanetra, antara lain:

  1. MP3 merupakan format penyimpanan file audio digital yang paling popular. Ukuran file MP3 kecil, dengan kualitas suara yang lebih bagus jika dibandingkan dengan CD audio. Format MP3 dapat diputar dengan alat pemutar MP3 Player, komputer/laptop, atau handphone.
  2. AMIS adalah sebuah program perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membaca buku DAISY (Digital Accessible Information System = sebuah teknik standar untuk buku audio, majalah, dan teks komputer). Program ini dapat bersuara sendiri, sehingga tidak memerlukan screen reader khusus untuk dapat digunakan siswa tunanetra. Amis adalah perangkat lunak berbasis open source disediakan secara gratis. Navigasi yang dapat diperolah dari Amis adalh kemudahan berpindah bab, pindah frase, pindah halaman, bookmark, dan lain sebagainya.
  3. TAB Player adalah sebuah program perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membaca buku DAISY. Player ini dirancang untuk pengguna tunanetra dan fungsi yang ada memiliki hotkey yang sesuai. Sehingga memungkinkan siswa tunanetra menavigasi dengan menggunakan kombinasi tombol dalam komputer. Semua menu disuarakan sehingga pengguna tidak perlu screen reader di komputernya. Perangkat ini juga cocok digunakan untuk tunanetra low vision karena terdapat sinkronisasi antara elemen tekstual dan grafis dengan audio. Navigasi berupa kemudahan berpindah halaman, bab, frase, dan mencari kata tertentu atau ekspresi teks yang tersedia di buku

Media Audio Pembelajaran dan Kemandirian Siswa dalam Belajar

Tujuan akhir proses pembelajaran adalah meningkatkan derajat dan hidup mandiri. Agar tujuan pembelajaran berhasil secara efektif maka diperlukan strategi pembelajaran dengan metode pengajaran dan media pengajaran yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemanfaatan media audio pembelajaran akan mendukung upaya belajar mandiri siswa tunanetra. Materi pembelajaran dapat mereka akses melalui berbagai device yang mereka miliki mulai dari MP3 Player, komputer/laptop, CD Player. Dalam menggunakan MP3 Player siswa tunanetra dapat menavigasi dengan mem-pause, me-review, dan me-refrain. Dengan menggunakan AMIS Player atau TAB Player siswa dapat menavigasi dengan pindah bab, pindah frase, pindah halaman, melakukan bookmark, dan lain sebagainya. Dengan metode ini siswa akan dapat menghadapi tantangan baru tanpa harus bergantung pada guru atau orang lain dalam belajar. Siswa dapat melakukan akselerasi dalam belajar sesuai dengan kemampuan siswa.

Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemda DIY telah mengembangkan model pembelajaran untuk siswa tunanetra. Model tersebut didasarkan pada keberpihakan Balai selaku institusi pemerintah kepada siswa tunanetra sebagai pelajar agar tidak menjadi yang termarginalkan. Model yang telah dikembangkan oleh Balai Tekkomdik antara lain Media audio learning object, Buku Audio Pembelajaran, Media Audio cerita sejarah. Sasaran model yang telah dikembangkan yaitu untuk siswa tunanetra untuk tingkat pendidikan SDLB sampai dengan SMALB/SMKLB. Pengembangan model ini telah mendapatkan feed back yang positif dari pengguna. Selain untuk sekolah luar biasa media audio ini juga dapat dimanfaatkan oleh siswa tunantera di sekolah inklusi dengan harapan hak anak tunanetra dalam hal memperoleh akses pendidikan dapat terfasilitasi sehingga dapat meningkatkan kecakapan hidupnya.

Daftar Pustaka

Rudiyati, Sari. 2002. Pendidikan Anak Tunanetra (Buku Pegangan Kuliah). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sadiman, Arief, dkk,. 2007.Media Pendidikan.Jakarta.Pustekkom Dikbud dan PT Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia.2003.No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Eka Jaya.