Keseimbangan Virtual dan Realitas: Media Sosial dan Kesehatan Mental

Sejak awal peradaban manusia, teknologi terus mengalami perubahan sekaligus perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut sangat terlihat di beberapa tahun belakang, dimana teknologi selalu hadir dan lekat di tengah-tengah masyarakat. Salah satu dampak pesat nya perkembangan teknologi sangat terlihat dari munculnya sekaligus maraknya penggunaan media sosial dikalangan masrayakat. Hampir seluruh penduduk di Indonesia bahkan di dunia adalah pengguna aktif media sosial. Dilansir dari dataindonesia.id (Widi, 2023) Laporan We Are Social menujukkan 60,4% populasi pengguna media sosial di Indonesia. Terdapat berbagain macam media sosial yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu 92,1% menggunakan whatsapp, 86,5% menggunakan Instagram, 83,8% menggunakan facebook, 70,8% menggunakan tiktok, dll (Nadya, 2023).

Sumber : tekno.kompas.com

Pada dasarnya media sosial memiliki berbagai macama pengertian ataupun definisi, (Braghieri et al., 2022) media sosial adalah sebagai bentuk elektronik komunikasi (situs web untuk jejaring sosial dan micro-blogging) yang digunakan pengguna menciptakan sebuah komunitas untuk saling berbagi informasi, ide, maupun pesan.  Sementara menurut triyono, dll media sosial merupakan sebuah teknologi internet yang sangat sukses untuk menumbuhkan perkembangan interaktivitas. Lalu (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) menjelaskan bahwa media sosial bukan sekedar alat penghubung ataupun menyebarkan pesan, namun sudah jauh berkembang membentuk sebuah jaringan sosial yang mudah diakses dimanapun dan kapanpun. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, tentu kehadiran media sosial ini sangat memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi dan pesan juga dapat menyebar dengan sangat cepat.

Hadirnya media sosial ditengah-tengah masyarakat ini tentu membawa pengaruh maupun dampak bagi masyarakat. Hal tersebut terjadi karena media sosial sangat lekat dalam kehidupan di masyarakat. Pengaruh yang timbulkan cukup beragam, mulai dari pengaruh positif hingga pengaruh negatif. Terdapat beberapa pengaruh positifnya dari media sosial, antara lain :

  1. Kemudahan akses informasi
    Banyak nya pengguna dan pesatnya perkembangan media sosial tentu memudahkan informasi tersebar ditengah-tengah masyarakat. Bahkan tanpa meminta, masyarakat sudah disuguhkan dengan berbagai macam informasi terhangat pada beberapa platform media sosial. Kemudahan akses informasi ini tentu menguntungkan banyak sekali pihak karena melalui media sosial, komunikasi terjadi dua arah sehingga masyarakat bisa menerima informasi ataupun memberikan informasi.
  2. Kebebasan berpendapat
    Selaras dengan kemudahan akses informasi, media sosial juga menjadi tempat untuk masyarakat bebas mengeluarkan opininya. Bagi Indonesia yang mempunyai sistem pemerintahan yang mengutamakan kebebasan berpendapat, tentu ini sangat menguntungkan. Salah satu platform media sosial yang sering sekali digunakan untuk menuangkan opini adalah X atau yang dulu sering dikenal dengan twitter. Melalui X, masyarakat sangat bebas berkomentar terhadap suatu fenomena.
  3. Mempermudah interaksi
    Konteks interaksi disini adalah interaksi secara online, hal ini tentu sangat dirasakan dampaknya ketika terjadi pandemic pada tahun 2020 silam. Keterbatasan tatap muka secara langsung menyebabkan masyarakat terpaksa untuk berinteraksi secara online. Melalui adanya media sosial, tentu membawa dampak yang sangat baik karena masyarakat tetap bisa saling berinteraksi melalui beberapa tools yang disediakan oleh media sosial seperti video call, chatting, menggunggah konten, dll.
  4. Relasi bertambah
    Sudah dijelaskan bahwa adanya media sosial mempermudah interaksi, hal ini selaras dengan relasi yang akan semakin bertambah. Zaman media sosial seperti sekarang ini, tentu sudah tidak aneh lagi ketika kita mempunyai ‘teman online’ dimana para pengguna media sosial akan saling berteman dengan cukup dekat walaupun belum pernah bertemu secara langsung. Tentu karena adanya dampak ini, membawa perubahan cara menjalin relasi ditengah masyarakat.
  5. Adanya ruang ekspresi
    Pada bagian ini tentu hampir sama dengan kebebasan berpendapat, namun pada konteks ini lebih menekankan kepada bentuk aktualisasi diri masyakarat dalam media sosial. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam media sosial ini menyuguhkan tempat untuk menuangkan ekspresi masyarakat, baik melalui foto, video, ataupun tulisan. Masyarakat diberikan kebebasan untuk mengunggah konten yang ingin dibagikan kepada teman-teman nya melalui media sosial.

Namun mudahnya pesan yang tersebut hingga mayarakat yang bisa mengekpresikan diri di media sosial ini terkadang malah menjadi boomerang bagi penggunanya. Menurut (Thursina, 2023) salah satu dampak negative media sosial yang kadang tidak disadari oleh mayarakat adalah hanya focus pada kehidupan virtual dan melupakan kehidupan realitas. Dampak dari hal tersebut dapat terlihat jelas ketika seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain hanya dengan melihat postingan di media sosial saja. Tanpa disadari dampak tersebut jika dialami terus menerus akan membawa pengaruh yang sangat signifikan bagi psikologis. Dilansir dari cnnindonesia.com (CNN Indonesia, 2019) berdasarkan hasil penemuan salah satu peneliti dalam penelitiannya yang berjudul Penelitian yang berjudul “A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia” menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial secara tidak tepat dapat membahayakan kesehatan mental karena bisa menimbulkan depresi.

Dilansir dari kemenkes.go.id (Kemenkes, 2018) kesehatan mental yang baik merupakan kondisi ketika batin atau jiwa dalam keadaan tenang dan damai, sehingga sangat memungkinkan untuk dapat menikmati kehidupan sehari-hari dan bisa menghargai orang lain disekitar. Namun ketika mental mengalami beberapa masalah, maka akan terjadi beberapa hal seperti gangguan suasana hati, kurangnya kemampuan mengendalikan emosi, kurangnya kemampuan untuk berpikir, hingga pada akhirnya akan mengarah pada perilaku yang kurang baik. Tentu hal tersebut akan mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga dibutuhkan tenaga professional seperti psikolog ataupun psikiater. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dewasa ini penggunaan media sosial yang tidak bijakasana akan berdampak pada kesehatan mental. Hanya melihat semua hal di media sosial tanpa memandang kehidupan realitas menjadi salah satu senjata pemicu munculnya gangguan mental, salah satu gejala yang cukup sering dialami oleh masyarakat adalah perasaan FOMO atau fear of missing out.

FOMO merupakan perasaan cemas, ataupun khawatir yang timbul dari dalam diri seseorang karena terlalu takut tertinggal dari sesuatu hal yang ada ditunjukkan di media sosial. Dilansir dari melalui salah satu laman yang bernama verywellmind (Scott, 2022) FOMO juga bisa dikatakan sebagai sebuah perasasaan ataupun persepsi bahwa orang lain bersenang-senang dan menjalani kehidupan yang jauh lebih baik, sehingga ini akan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Perasaan FOMO ini pada dasarnya pemantik gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, hingga akhinya bisa menyebabkan depresi. Media sosial yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas untuk bereskpresi ini tentu terkadang tanpa disadari membawa perasaan FOMO. Hal ini ditambah dengan masyarakat yang terkesan hanya menampilkan sisi indahnya saja di media sosial, sehingga kehidupan virtual dan realitasnya bisa sangat berbeda. Media sosial yang terus menerus menyuguhkan hal yang indah ini dapat membawa kita kepada beberapa pemikiran sekaligus perasaan seperi ‘dia hidupnya enak ya tidak seperti aku’ ‘dia bisa yang mendapatkan pekerjaan yang baik, tidak seperti aku yang begini’ ataupun semacamnya. Perasaan membanding-bandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain ini jika terjadi secara terus menerus akan berdampak sangat buruk. Mungkin bagi sebagian orang hanya merepresentasikan perasaan tersebut sebagai perasaan iri, namun secara tidak sadar akan menjadi gangguan mental.

Penting bagi masyarakat untuk menyadari betul apa yang dirasakan ketika sedang bermedia sosial, sehingga mampu membedakan kehidupan virtual dan realitas. Bijak dalam menggunakan media sosial tentu akan berdampak sangat baik, karena memungkinkan diri sendiri untuk jauh dari pengaruh negative. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk bisa bijak dalam bermedia sosial, salah satunya adalah detox media sosial. Detox media sosial ini adalah keadaan dimana seseorang membersihkan diri dari media sosial, hal ini ditunjukkan untuk mengurangi paparan media sosial. Selain itu, perlu bagi kita untuk membatasi penggunaan media sosial sehingga tidak berlebihan dan solusi terakhir yang mungkin dapat dilakukan adalah selalu memberikan pernyataan tegas pada diri sendiri bahwa apa yang dilihat di media sosial berbeda dengan realitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. (2019, May 26). Medsos Sebabkan Gangguan Mental pada Orang Indonesia. Cnnindonesia.Com. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190626100119-255-406497/medsos-sebabkan-gangguan-mental-pada-orang-indonesia

Kemenkes. (2018, May 8). Pengertian Kesehatan Mental. Ayosehat.Kemkes.Go.Id. https://ayosehat.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental

Nadya, F. (2023, July 17). 10 Media Sosial yang Paling Banyak digunakan di Indonesia 2023. Pramborsfm.Com. https://www.pramborsfm.com/tech/10-media-sosial-yang-paling-banyak-digunakan-di-indonesia-2023

Rosmalina, A., & Khaerunnisa, T. (2021). Penggunaan Media Sosial dalam Kesehatan Mental Remaja. Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal, 4(1), 49–58.

Scott, E. (2022, November 16). How to Deal With FOMO in Your Life. Verywellmind.Com. https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664

Thursina, F. (2023). Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Siswa Pada Salah Satu SMAN di Kota Bandung. Jurnal Psikologi Dan Konseling West Science, 1(01), 19–30.

Widi, S. (2023, February 3). Pengguna Media Sosial di Indonesia Sebanyak 167 Juta pada 2023. Dataindonesia.Id. https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-sebanyak-167-juta-pada-2023