Helm Anti Kantuk Bagi Pemotor Karya Anak Bangsa

Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan pengendara sepeda motor masih kerap terjadi di jalan raya. Tak sedikit insiden yang terjadi karena pemotor hilang konsentrasi akibat tidak bisa menahan rasa kantuk. Tak jarang juga dari pihak kepolisian menganjurkan untuk beristirahat jika mengantuk ketika berkendara. Dikutip dari laman www.republika.co.id (20/08/2016).

Dua pemuda alumni Universitas Surabaya berhasil menciptakan helm anti kantuk. Ciptaan Kristiawan Manik dan Ricky Natahaniel Joevan ini sudah selesai sejak 2014. Bahkan, alatnya ini sudah berhasil memenangkan medali emas di ajang Innovation and Design Competition 2014 di Johor, Malaysia.

Kris menerangkan, ide mengembangkan helm ini bermula dari banyaknya kecelakaan pengemudi motor akibat mengantuk. ”Ini kan konyol, kok hanya mengantuk saja bisa kecelakaan, ini kenapa?” ujar Kris. Kris bersama kawannya pun mengaku penasaran dan mencoba menelusuri keterkaitan mengantuk dengan kecelakaan. Setelah memperoleh data dan informasi, barulah mereka mengetahuinya. Menurut Kris, penyebab mengantuk ini karena detak jantung pengemudi yang tidak mencapai batasan normal. Untuk itu, mereka pun terbesit untuk membuat alat yang bisa mengingatkan pengemudi saat mengantuk.

“Ini tujuannya bukan menyadarkan pengemudi saat mengantuk, cuma pengingat. Sebab, keselamatan itu berawal dari diri sendiri,” kata lulusan Program Kekhususan Teknik Manufaktur, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya ini. Helm ini pada dasarnya jenisnya sama dengan yang lainnya. Hanya saja, Kris mencoba menambahkan sensor yang bisa menghitung denyut nadi per menit. Hasil dari alat sensor mikro-kontroler nantinya akan mengirim data untuk diproses di processor yang ditanam di dalam helm.

Kehadiran alat tersebut akan memproses data sendiri untuk menentukan apakah pengemudi mengantuk atau tidak. Jika si pengemudi motor  mengantuk dia mengatakan helm akan bergetar untuk mengingatkan pengemudi. Kris menambahkan, helmnya ini memang membutuhkan baterai berjenis lithium agar bisa berfungsi. “Ini baterai yang biasa dipakai orang-orang yang naik gunung,” ujar dia. Dengan kata lain, daya borosnya akan terjadi saat bergetar. Di samping itu, baterai ini bisa diisi ulang sehingga kemungkinan dapat awet hingga dua sampai tiga tahun.

Hingga saat ini, helm Kris masih terus dikembangkan agar bisa lebih sempurna. Helmnya ini juga tengah diproses untuk mendapatkan paten. Karena masih dalam proses pengurusan paten, Kris mengaku helm tersebut belum siap dikomersialisasikan. Padahal, sudah banyak perusahaan yang tertarik untuk mengkomersialisasikannya.

Kris merupakan satu dari enam ilmuwan muda yang telah memberikan kesan kuat bagi perusahaan teknologi Bosch. Bosch telah memberikan apresiasinya dengan memberikan uang dukungan Rp 15 juta. Dana ini bertujuan agar Kris dan lima ilmuwan lainnya bisa mengembangkan lagi temuannya ini. Harapan, agar helm ini terus dikembangkan dan bisa diproduksi secara massal guna mengurangi angka kecelakaan pada pengendara sepeda motor akibat mengantuk dan kelelahan