Grafis sebagai Media Visual

Webster mendefinisikan graphics sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama diartikan untuk menggambar mekanik. Dalam penerapannya kepada media visual, maknanya berkembang lebih luas bukan hanya sekedar gambar saja. Asal katanya “graphikos” (Yunani) yang artinya melukiskan atau menggambarkan dengan garis-garis. Sebagai kata sifat, graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, penjelasan yang kuat atau penyajian yang efektif. 

            Grafis sebagai media pembelajaran dapat mengkombinasikan fakta-fakta, gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara ungkapan kata-kata dan gambar. Pengungkapan itu bisa dalam bentuk sket, diagram, atau grafik. Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada grafik, bagan, diagram, poster, kartun dan komik. Sedangkan sket, lambang dan bahkan foto dipergunakan pada media grafis untuk mengartikan fakta, pengertian dan gagasan yang pada hakikatnya sebagai penyajian grafis. 

            Nilai media grafis terletak pada kemampuan dalam menarik perhatian, minat dalam menyampaikan jenis informasi tertentu secara cepat. Peran utama adalah memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Misalnya, sebuah bagan Ilmu Hayat tentang pembelahan sel dapat mengikhtisarkan atau meringkas proses secara lengkap dari mitosis. Suatu bagan organisasi kantor dapat memperlihatkan dengan sekilas pandangan saluran-saluran tanggung jawab dan fungsi bagian-bagiannya. Dari satu grafik demografi wilayah tertentu dengan segera bisa dilihat laju pertumbuhan penduduknya, dan seterusnya.

            Dengan kata lain, media grafis dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu, melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan. 

            Media grafis yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi atau citra anak didik. Daya imajinasi dapat ditimbulkan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam materi pembelajaran. Dalam merancang media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa patokan, antara lain kesederhanan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna.

Kesederhanaan dalam tata letak (lay out) media pembelajaran tampak pada gambar yang cukup besar dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambarnya harus diberi garis yang cukup tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian penjelasannya cukup dengan garis-garis tipis saja. Dalam hal ini harus terlihat jelas perbedaan antara latar depan dari latar belakang, unsur pokok yang ditonjolkan. Tidak perlu hiasan-hiasan lain dibubuhkan kepadanya, sebab akan membingungkan para pengamat (siswa). Perhatian siswa harus dipusatkan pada gagasan pokok atau inti pelajaran. Karena penggambaran ditunjukkan pada media instruksional bersifat formal, maka unsur seni dari penggambaran media instruksional itu harus dibatasi. Pakailah kata-kata dengan huruf sederhana, kalimat-kalimatnya ringkas tetapi padat dan mudah dipahami siswa. 

Keterpaduan, mengandung pengertian ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual sehingga secara keseluruhannya berfungsi padu. Hal itu dapat dicapai dengan mempergunakan unsur-unsur yang saling tumpang tindih, penggunaan panah-panah penunjuk arah dan unsur-unsur visual lain, misalnya garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang. 

Penekanan, memegang peranan penting dalam penyajian media pembelajaran, walaupun penyajian visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya, memiliki keterpaduan, seringkali memerlukan penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru memerlukan titik perhatian dan minat siswa. Dengan memanfaatkan unsur, hubungan, perspektif dan unsur-unsur visual seperti garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang, dibutuhkan kepada satu unsur pokok tersebut cukup memadai. 

Keseimbangan, mencakup dua macam yaitu keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau asimetris. Keseimbangan formal tampak pada susunan unsur-unsur visualnya terbagi dua bagian yang sama sebangun. Sedangkan keseimbangan asimetris unsur-unsur visualnya ditata sedemikian rupa seimbang tetapi tidak simetris. Keseimbangan formal sifatnya statis, sebaliknya keseimbangan informal bersifat dinamis, tampak lebih hidup dan menarik perhatian siswa. Menyusun tata letak media visual dengan keseimbangan informal, perlu keberanian dalam merancang dan menciptakan kreativitas. judul-judul untuk keseimbangan simetris huruf-hurufnya bersifat formal, disertai penempatan huruf yang tepat untuk menjaga agar keseimbangan sebangun bisa tetap dipertahankan. Sedangkan susunan yang informal bila judulnya dipadukan dengan sket atau gambar, dapat menonjolkan judul sehingga menarik perhatian, selain itu mengurangi masalah titik tengah yang tidak perlu diperhatikan. Untuk memperoleh komposisi yang bagus, cobalah berbagai unsur visual ditata, sebelum huruf-huruf, keterangan, tanda-tanda lain dituliskan. Pergunakanlah unsur-unsur visual seperti garis, tekstur, ruang, penekanan dan lain-lain untuk menarik perhatian para siswa.

Garis, dalam pesan-pesan visual dapat berfungsi untuk menghubungkan berbagai unsur bersama-sama. Serta mengarahkan pengamat dalam mempelajari unsur visual dalam urut-urutan khusus. Fungsi garis sebagai unsur visual adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (siswa), dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi pelajaran yang tersirat di dalam media visual yang dipertunjukkan.

Bentuk, perlu diperhatikan dalam merancang media pembelajaran suatu bentuk yang tidak lazin, dapat memberikan perhatian secara khusus kepada media visual, maka media pembelajaran semacam itu mampu menarik minat para siswa secara efektif. Bentuk sebagai unsur visual diperlukan dalam pameran.

Ruang, merupakan unsur visual yang penting dalam merancang media pembelajaran. Ruang terbuka yang mengelilingi unsur-unsur visual dan kata-kata, akan menghindarkan kesan berdesakan. Hanya dengan pemanfaatan ruang secara hati-hatilah berbagai unsur visual dari sebuah rancangan media visual akan menjadi efektif.

Tekstur, adalah unsur visual yang memungkinkan timbul suatu kesan kasar atau halusnya permukaan. Tekstur juga bisa dipergunakan seperti warna dalam hal penekanan, aksentuasi atau pemisahan, serta dapat menambah kesan keterpaduan.

Warna, merupakan penambahan yang penting untuk sebagian besar media visual, tetapi pemakaiannya harus hemat dan hati-hati bila menghendaki dampaknya yang terbaik. Pakailah warna dengan maksud memberikan kesan pemisahan, penekanan keterpaduan unsur-unsur visual. Pilihlah warna-warna yang memberikan kesan harmonis. Sebaliknya bila mempergunakan warna-warna yang kumuh  akan sangat mengganggu pengamatan siswa, sehingga dapat mengalihkan perhatian mereka dari pesan penting yang seharusnya disimak.

Pada dasarnya ada lima macam warna pokok, yaitu merah, biru, kuning, hitam dan putih. Untuk memperoleh warna harmonis bisa dikerjakan dengan cara mendekatkan warna-warna tertentu, misalnya warna merah dengan violet, kuning dengan hijau, biru tua dengan biru muda dan seterusnya. Menurut teori warna, ada beberapa warna yang memberikan kesan jauh, dan ruang yang berwarna gelap atau kusam memberi kesan lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Dengan demikian dalam memilih warna untuk keperluan materi pembelajaran, perlu perhitungan secermat mungkin.

Rangkuman

Hasil penelitian tentang keterbacaan visual dihubungkan dengan hasil belajar, menunjukkan bahwa visualisasi pesan pada kedua kutub, yang abstrak dan kongkret membawa pengaruh yang sama terhadap hasil belajar siswa. Dengan kata lain, gambar yang terlalu abstrak tidak jelas bagi siswa, sedangkan gambar yang terlalu jelas rinciannya pun membingungkan siswa.

Penggunaan media visual dalam proses belajar mengajar perlu memperhatikan keterbacaan visual (visual literacy) demi meningkatkan efektivitas belajar siswa.

Dalam merancang media grafis perlu mempertimbangkan segi statistiknya, seperti kesederhanaan, keterpaduan, komposisi, penekanan, keseimbangan, ruang, tekstur dan lain-lain guna mempertinggi daya tarik serta motivasi belajar. 

Sumber :

https://news.okezone.com/read/2014/02/05/95/936297/media-pembelajaran-dalam-proses-belajar-mengajar

http://pd.pps.uny.ac.id/berita/penerapan-media-pembelajaran-dalam-kegiatan-belajar-mengajar-di-sekolah-dasar.html

Nana Sudjana. 2015. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo

Nana Sudjana.2002 .Media Pembelajaran. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo