Fenomena Medsos : Singa Di Dunia Maya, Kucing Di Dunia Nyata

Siapa tak kenal Medsos (Media Sosial)? Miliaran orang di segala penjuru dunia memakai Medsos sebagai sarana berinteraksi antar sesama di segala penjuru dunia. Begitu mudahnya membuat akun Medsos, yang bisa dilakukan oleh setiap orang baik tua maupun muda. Di Indonesia saja, menurut penelitian yang dilakukan oleh We Are Social tercatat pengguna Internet di Indonesia berjumlah 132,7 Juta orang yang 130 Juta diantaranya merupakan pengguna aktif di Medsos. Sedangkan platform medsos yang banyak di gandrungi di Indonesia seperti Youtube, Facebook, Whatsapp, Instagram, line, Twitter.

Banyak yang menggunakan medsos mulai dari kalangan pengguna medsos mulai dari Pelajar, Pekerja, Mahasiswa, PNS, Politisi, Pejabat, Pensiunan, hingga remaja putus sekolah sekalipun. Selain Tidak mengenal usia baik tua maupun muda dan mempunyai beberapa tujuan baik hanya sekedar “panjat sosial”, Wirausaha, keperluan pekerjaan/bisnis, berinteraksi dengan keluarga ataupun sanak saudara yang tinggalnya jauh, ataupun hingga keperluan Politik dan kampanye sekalipun.

Namun seiring perkembangan dunia medsos, tidak disertai attitude yang baik dalam berselancar di medsos. Tak hanya berita Hoax, Umpatan-umpatan kasar maupun penghinaan terhadap sesama yang berbeda pendapat kerap sekali terjadi di medsos. Banyak orang seketika mudah tersulut emosi melihat berita, kejadian, ataupun kabar yang ada di medsos. Hal ini yang menjadi problema, ketika stigma orang Indonesia yang terkenal santun, ramah, dan menjunjung tinggi pedoman “Bhinneka Tunggal Ika” mendadak berubah sebaliknya. Mereka lupa dibalik umpatan, omongan kasar, penyebaran berita hoax, merendahkan orang lain di medsos tindakannya selalu di intai oleh hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Begitu mirisnya, banyak kasus seseorang yang cukup aktif di medsos , menghina segala macam tindakan dengan kata – kata yang kasar dan umpatan – umpatan kotor yang bersifat mencemarkan nama baik ditangkap oleh pihak berwenang dan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Namun, perlu anda ketahui dibalik “Garangnya” orang tersebut di Medsos, berbeda 180 derajat dengan kepribadian aslinya yang cenderung tidak “Se-garang” di medsos.

Mungkin bisa kita jadikan pelajaran bersama, bahwa penggunaan media sosial sebagai sarana berinteraksi antar sesama maupun kepentingan lainnya harus secara bijak. Tidak hanya mengenal etika di dunia nyata saja, namun di dunia maya juga perlu. Kita harus menyadari bahwa Medsos banyak yang menggunakan dari berbagai kalangan, dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.