Dr. Katie Bouman, Programmer Jenius di Balik Foto Pertama ‘Black Hole’

Dr. Katie Bouman, seorang ilmuwan komputer berusia 29 tahun ini menjadi perbincangan yang begitu ramai dan mendapat pujian dari seluruh dunia karena kerja kerasnya dalam mengembangkan algoritme sehingga untuk pertama kalinya dalam 2,5 abad terakhir, dia berhasil menunjukkan seperti apa “Black Hole” kepada dunia. Dr. Bouman memulai pembuatan algoritma tiga tahun lalu ketika masih menjadi mahasiswa MIT. Setelah itu, dia kemudian memimpin sebuah tim. Tim itu terdiri dari Laboratorium Sains Komputer dan Kecerdasan Buatan MIT, Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, dan Observatorium Haystack MIT.

Dr. Bouman bersama tim yang ia pimpin, bertugas untuk menyatukan dan memperjelas gambar yang didapatkan oleh sejumlah teleskop besar yang terpencar di Bumi, namun saling terhubung.  Tim yang dia pemimpin berhasil membuat terobosan penting yang memungkinkan untuk pertama kalinya dalam sejarah eksplorasi ruang angkasa pemotretan lubang hitam bisa dilakukan. Setelah foto diambil dan dikumpulkan oleh tim lain, tim Dr. Bouman kemudian menggunakan algoritma yang telah dibuatnya untuk merekonstruksi kumpulan data, dengan beberapa metode penyatuan foto, agar menjadi satu gambar yang jelas.

Foto tersebut kemudian menjadi foto lubang hitam yang bisa dilihat di internet saat ini. Dengan kata lain, tanpa algoritma Bouman, citra lubang hitam ini mungkin masih berupa kumpulan data astronomi dan bahkan belum bisa menjadi sebuah gambar yang bermakna. Program yang ia namakan CHIRP (Continuous High-resolution Image Reconstruction using Patch priors) itu bisa digunakan untuk menggabungkan sejumlah data dan gambar mentah yang dihasilkan oleh teleskop-teleskop yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Sebab, tidak ada satu teleskop yang cukup kuat untuk menjangkau lubang hitam yang jaraknya mencapai 500 triliun kilometer dari Bumi itu. Maka itulah digunakan jaringan teleskop tadi. Data yang diambil dari jaringan teleskop Event Horizon kemudian disimpan di ratusan hard disk, dan dibawa ke Boston, AS dan Bonn, Jerman untuk disatukan, menggunakan algoritma buatan Bouman.

Foto yang dihasilkan oleh algoritma tersebut kemudian dianalisa oleh empat tim ilmuwan berbeda, untuk memastikan kesahihan foto. “Kami adalah kumpulan yang terdiri dari astronom, ahli fisika, ahli matematika dan insinyur, dan itulah yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu yang semula diperkirakan mustahil untuk dilakukan,” kata Dr. Bouman.