DOSEN UNSOED CIPTAKAN MASKER PINTAR IRON MAN, BISA DETEKSI ZONA MERAH Covid-19

Oleh : Alexandre Sulta

Virus corona yang merebak hampir merata si seluruh wilayah Indonesia melatarbelakangi lahirnya sebuah masker pendeteksi. Pemerintah menganjurkan seluruh warga untuk menggunakan masker guna meminimalisir penularan virus corona. Imbauan pemerintah itupun langsung berdampak terhadap kebiasaan masyarakat serta menjadi ladang bagi sejumlah pihak untuk ikut memproduksi masker. Warga saat ini banyak yang mengenakan masker, baik masker kain maupun jenis lainnya sebagai upaya pencegahan penularan virus corona. Berbagai model dan jenis masker pun banyak beredar di pasaran.

Dilansir dari laman website www.today.line.me, namun dari sekian jenis masker yang diciptakan, mungkin masker ciptaan dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ini bisa menjadi pilihannya. Masker yang diciptakan oleh dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman ini dilengkapi dengan sensor pendeteksi pasien virus corona. Masker ini dilengkapi lampu indikator yang dapat menyala jika melewati daerah berpasien corona. Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, menciptakan masker pintar. Masker pintar yang dirancang oleh Bangun Wijayanto, Dosen Program Studi Teknik Informatika ini diberi nama Jengkar. Dalam bahasa Jawa, Jengkar memiliki arti pergi. Menurut Bangun, masker tersebut digunakan untuk melindungi diri ketika bepergian. Perbedaannya, masker Jengkar dapat mendeteksi daerah-daerah yang terpapar corona.

"Masker pintar ini akan membantu seseorang dalam melihat informasi mengenai keadaan lokasi yang dilewati dalam perjalanan," Mudah digunakan seperti masker pada umumnya, pengguna cukup menyalakan hotspot pada ponselnya, selanjutnya lampu indikator di masker akan memberikan informasi mengenai daerah yang dilewati. "Apabila pengguna melewati daerah-daerah yang terdapat orang positif maupun PDP maka data posisi perjalanan pengguna akan terekam di sistem server," kata Bangun. Keunggulannya, kata Bangun, data perjalanan pengguna yang terekam dalam server dapat digunakan untuk tracing apabila di kemudian hari pengguna terpapar covid-19.

"Masker pintar saat ini dalam tahap prototipe yang berfungsi dengan baik ketika dilakukan pengujian," ujar Bangun yang merupakan ahli rekayasa perangkat lunak ini. Bangun mengatakan, alat tersebut dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyebaran Covid-19. Dia memanfaatkan informasi mengenai sebaran Covid-19 ke dalam perangkat berbasis internet of things (IOT) yang praktis dan mudah di akses. Lampu indikator pada masker akan menyala merah jika melewati daerah yang memiliki pasien positif Covid-19. Kemudian, warna kuning akan menyala saat melewati daerah yang memiliki pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19. Sedangkan, jika wilayah itu memiliki orang dalam pemantauan (ODP) maka lampu akan menyala kuning.

Masker ini pun dapat digunakan sebagai alat bantu melakukan tracing apabila penggunanya terpapar Covid-19. "Masker pintar saat ini dalam tahap prototipe yang berfungsi baik ketika dilakukan pengujian," kata Bangun yang merupakan ahli rekayasa perangkat lunak tersebut.