Baterai Lithium dari Tempurung Kelapa

Teknologi Baterai memang sudah sejak lama ditemukan, fungsi utama bateri digunakan untuk menghidupkan berbagai macam peralatan yang menggunakan energi listrik. Salah satu jenis baterai yang sudah umum kita kenal yaitu Lithium, jenis baterai ini dapat bertahan lama dan dapat bekerja pada suhu yang rendah. Baterai lithium biasa digunakan pada memori backup komputer dan juga jam tangan.  Saat ini baterai jenis lithium ini sedang dikembangkan dengan menggunakan salah satu bahan baku yang mudah didapat. Seperti yang dilansir dari laman cnnndonesia.com (25/10/2018) Achmad Subhan, peneliti dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) tengah mengembangkan baterai lithium dengan elektroda dari bahan baku tempurung kelapa.

Menurut Subhan, tempurung kepala memiliki karbon aktif yang bisa digunakan sebagai aditif dalam proses pembuatan elektroda. "Bahan aditif karbon ini digunakan untuk meningkatkan nilai konduktifitas listrik baik ionik maupun elektronik," jelas Subhan dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com. Selain ramah lingkungan, penggunaan tempurung kelapa dianggap bisa meningkatkan nilai kapasitas dan kemampuan daya baterai yang lebih tinggi. Di sisi lain, biaya yang dibutuhkan justru lebih rendah dari bahan baku lain.Subhan mengatakan proses pembuatan karbon aktif yang sesuai bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan industri baterai. "Pengembangan dari proses biomas menjadi karbon aktif dalam skala industri perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan aplikasinya dalam proses fabrikasi baterai lithium," imbuhnya.

Di sisi lain, Agung Imaduddin, peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI juga mengembangkan material superkonduktor untuk memenuhi asupan listrik di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, konsumsi listrik Indonesia pada 2017 mencapai 1.012 kilowatt per hour (KWH)/ kapita, atau naik 5,9 persen dari tahun sebelumnya. Agung menjelaskan sejak 2010 lalu permintaan superkonduktor di pasar global meningkat signifikan, khususnya superkonduktor tipe High Temperature Superconductors (HTS). Padahal, bahan baku HTS sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai bahan pendukung teknologi maju.

Bahan baku HTS yang memiliki critical temperature tinggi dan berbahan baku banyak dimiliki oleh Indonesia adalah jenis Bi-Sr-Ca-Cu-O atau disebut BSCCO. "LIPI telah melakukan penelitian mengenai superkonduktor sejak tahun 2006 dengan menggunakan bahan Nb3Sn, Bi-Sr-Ca-Cu-O, MgB2, dan FeSeTe. Hasilnya berupa purwarupa kawat superkonduktor," ungkapnya. Untuk mengembangkan ke skala industri, Agung mengakui jika pihaknya butuh kerja sama untuk membuat kawat superkonduktor dengan skala lebih panjang untuk kebutuhan trafo dan kabel transmisi listrik tegangan tinggi.